Judul Buku : Intelegensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad Ke-20
Penulis : Yudi Latif
Penerbit : Mizan, Bandung
Cetakan : Pertama, 2005
Tebal : xx + 740 halaman
Perjalanan sejarah manusia tidaklah berjalan mulus, dalam bentuk jalan lurus yang bisa dimanipulasi oleh superioritas pengetahuan dan kekuasaan. Hal ini sebagaimana terpotret dalam perjalanan sejarah Indonesia, lewat praktek hegemoni-kolonial, mitos zakelijkheid Belanda dan kekuatan Jepang terbukti tidak mampu mengontrol sejarah Indonesia. Juga kediktatoran ORLA dan ORBA yang akhirnya runtuh karena adanya kekuatan perlawanan atau konter-hegemonik.
Erat kaitannya
dengan superioritas pengetahuan dan kekuasaan, gambaran mengenai
intelegensia muslim Indonesia mengalami pasang surut, baik secara
politis maupun intelektual. Transformasi intelegensia muslim Indonesia
yang semula termarjinalkan, dari dunia intelektual, politik dan
birokrasi Indonesia menuju posisi sentral, adalah gambaran dari
perjalanan panjang intelegensia muslim Indonesia. Rentang waktu awal
Abad ke-20 hingga penghujung Abad ke-20, perjalanan intelegensia muslim
Indonesia memiliki dua corak relasi, yaitu bersifat sinkronik dan
diakronik.
Buku dari hasil sebuah studi penelitian
(disertasi) Yudi Latif yang berjudul Intelegensia Muslim dan Kuasa:
Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad Ke-20 ini, bermaksud
memahami dan memaparkan kesinambungan dan perubahan-perubahan yang
berlangsung dalam gerak perkembangan intelegensia muslim Indonesia.
Pemaparan relasi intelegensia muslim Indonesia dengan kuasa, yang
bercorak sinkronik dan diakronik adalah fokus dari kajian buku ini.
Sementara penggunaan pendekatan dinamis dalam penelitiannya dimaksudkan
untuk mendapatkan pemahaman yang obyektif mengenai kesinambungan dan
perubahan-perubahan dalam pembentukan genealogi intelegensia muslim dan
pembentukan elit politik Indonesia (hal. 5).
Studi
penelitian Yudi Latif ini diawali dengan bertitik tolak dari Abad ke-19,
yaitu, memotret konteks kolonial yang di dalamnya kaum intelegensia
muslim telah mendapatkan pendidikan dan mampu menciptakan ruang
aktualisasi diri di tengah masyarakat kolonial.
Dari studi itu menghasilkan pemahaman bahwa kemunculan intelegensia Indonesia pada akhir Abad ke-19 hingga dua dekade pertama Abad ke-20, termanifestasikan dalam beberapa nama yang senantiasa berevolusi, mulai dari lahirnya tokoh-tokoh kemadjoean kemudian mendekonstruksi menjadi bangsawan oesoel, kaoem muda hingga terciptanya kaoem terpeladjar atau pemuda terpelajar atau jong. Di mana kemunculan intelegensia ini dilatarbelakangi oleh terjadinya reformasi etis Hindia Belanda akibat krisis ekonomi liberal di Hindia Belanda. Selain itu juga ditandai dengan masuknya paham reformisme modernisme Islam yang berusaha mengimbangi pendalaman arus sekularisme Barat.
Dari studi itu menghasilkan pemahaman bahwa kemunculan intelegensia Indonesia pada akhir Abad ke-19 hingga dua dekade pertama Abad ke-20, termanifestasikan dalam beberapa nama yang senantiasa berevolusi, mulai dari lahirnya tokoh-tokoh kemadjoean kemudian mendekonstruksi menjadi bangsawan oesoel, kaoem muda hingga terciptanya kaoem terpeladjar atau pemuda terpelajar atau jong. Di mana kemunculan intelegensia ini dilatarbelakangi oleh terjadinya reformasi etis Hindia Belanda akibat krisis ekonomi liberal di Hindia Belanda. Selain itu juga ditandai dengan masuknya paham reformisme modernisme Islam yang berusaha mengimbangi pendalaman arus sekularisme Barat.
Pada
abad ke-20 perjalanan intelegensia muslim Indonesia ditandai dengan
munculnya kaum intelegensia dan pelbagai pergulatannya dalam mencari
pengakuan dan otoritas politik. Pada penghujung Abad ke-20 hingga fajar
Abad ke-21 terjadi banyak perubahan rezim sistem baik ekonomi maupun
politik dan kekuasaan yang silih berganti, masa ini juga diwarnai dengan
krisis ekonomi dan terjadi era reformasi yang kedua setelah reformasi
etis Hindia Belanda.
Maka, dapat dikatakan bahwa dunia perpolitikan Indonesia dari awal Abad-20 hingga akhir Abad-20 secara historis ditandai dengan keterlibatan secara aktif dan pertarungan memperebutkan kekuasaan kaum intelegensia muslim Indonesia. Oleh karenanya pembentukan elit-politik dan birokrasi Indonesia senantiasa tidak bisa lepas dari perkembangan dan perubahan peta intelegensia muslim Indonesia. Bahkan, intelegensia muslim Indoneisa menjadi inti dari elit-politik Indonesia, mulai sejak diterapkannya Politik Etis Belanda hingga rezim pasca reformasi.
Maka, dapat dikatakan bahwa dunia perpolitikan Indonesia dari awal Abad-20 hingga akhir Abad-20 secara historis ditandai dengan keterlibatan secara aktif dan pertarungan memperebutkan kekuasaan kaum intelegensia muslim Indonesia. Oleh karenanya pembentukan elit-politik dan birokrasi Indonesia senantiasa tidak bisa lepas dari perkembangan dan perubahan peta intelegensia muslim Indonesia. Bahkan, intelegensia muslim Indoneisa menjadi inti dari elit-politik Indonesia, mulai sejak diterapkannya Politik Etis Belanda hingga rezim pasca reformasi.
Upaya Yudi Latif
dalam menelaah genealogi intelegensia muslim Indonesia dan hubungannya
dengan pertarungan “kuasa” (power) di Indonesia Abad ke-20 ini,
menggunakan metode interaktif, interdisipliner dan intertekstual dengan
pendekatan dinamis dan kerangka waktu longue duree. Sementara pisau
analitis kritisnya mengadopsi dari pemikiran dan ide-ide para filosof
kontemporer seperti Karl Mannheim, Antonio Gramschi, Michael Foucault,
dan Jurgen Habermas. Di mana, dia tidak mau terjebak dengan kerangka
teori mereka dalam menelaah genealogi intelegensia muslim Indonesia.
Namun, pemikiran mereka hanya dijadikan sebagai sumber inspirasi,
kemudian dia memodifikasi dan menyesuaikan pemikiran mereka menjadi
sebuah kerangka analitis tersendiri.
Pendekatan dan
metode yang digunakan dalam peneliti ini merupakan sikap kritis dan
ketidakpuasanya atas fenomena bias Weberian dalam memahami masyarakat
dan sejarah Indonesia. Sebagaimana yang dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya seperti konsep intelektual Julien Benda, asal-usul dan
formasi elit nasionalnya Robert Van Niel, konsep solidarity makers dan
administrator elit Indonesianya Herbert Feith dan sebagainya. Kritik
peneliti penggunaan pendekatan Weberian adalah tidak peka terhadap
konteks sosio-historis dan formasi sosial dari masyarakat. Sehingga
dalam kerangka waktunya tidak ada satupun penelitian mereka yang
membahas dalam kerangka waktu longue duren.
Dengan
pendekatan dinamis, Yudi Latif mampu menunjukkan bahwa sepanjang Abad
ke-20 intelegensia muslim Indonesia terdapat jaringan diakronik
intelektual muslim yang bersifat lintas generasi, yang memungkinkan
terciptanya kontinuitas tradisi-tradisi politik dan intelektual muslim.
Sementara, dari pendekatan interaktif, menunjukkan bahwa formulasi
ideologis dan strategi-strategi kuasa dari sebuah generasi intelegensia
muslim tidak bisa dilepaskan dari adanya pengaruh generasi sebelumnya,
kelompok lain dan interplay antar-beragam medan relasi kuasa. Dan
pendekatan intertekstual, menunjukkan adanya interdependensi dari
teks-teks antar generasi intelegensia muslim Indoensia dan juga adanya
kesalinghubungan antar teks-teks dan formasi diskursif dan nondiskursif
(hal. 655).
Sebagai sebuah kajian sosiologis yang fundamental, buku ini telah menghadirkan sebuah wacana kritis mengenai intelegensia muslim dan dunia elit-politik indonesia, serta telah mampu menguak sisi lain dengan sebuah persepsi baru mengenai sejarah Indonesia. Tentunya juga telah mampu menggambarkan peta genealogi intelegensia muslim Indonesia Abad Ke-20.
Meski menggunakan pendekatan dinamis dengan kerangka waktu longue duren. Sebagai sebuah kajian sejarah, buku ini masih belum mampu meneropong dari seluruh elemen yang berkaitan dengan intelegensia muslim Indonesia dan relasinya dengan kuasa, seperti aliran tarekat, gerakan Islam tradisional, intelegensia yang lahir dari Islam fundamental dan sebagainya.
Sebagai sebuah kajian sosiologis yang fundamental, buku ini telah menghadirkan sebuah wacana kritis mengenai intelegensia muslim dan dunia elit-politik indonesia, serta telah mampu menguak sisi lain dengan sebuah persepsi baru mengenai sejarah Indonesia. Tentunya juga telah mampu menggambarkan peta genealogi intelegensia muslim Indonesia Abad Ke-20.
Meski menggunakan pendekatan dinamis dengan kerangka waktu longue duren. Sebagai sebuah kajian sejarah, buku ini masih belum mampu meneropong dari seluruh elemen yang berkaitan dengan intelegensia muslim Indonesia dan relasinya dengan kuasa, seperti aliran tarekat, gerakan Islam tradisional, intelegensia yang lahir dari Islam fundamental dan sebagainya.
Oleh: Moh. Yasin
0 komentar:
Posting Komentar