”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang muslim?” (QS Fushshilat : 33)
 
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Berjuang tegakkan ketauhidan Untuk Kemuliaan, Berbekal ilmu iman yang mendalam Mahasiswa Muslim Indonesia, Intelektual Masyarakat Beriman, Islam Jiwa Perjuangan, Kebatilan adalah musuh insan, Islam jalan perjuangan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Berjuang tegakkan kebenaran, Ciptakan Masyarakat Bermoral, Berbekal ilmu iman yang mendalam, Perbaikan tradisi dalam berjuang, Memimpin ummat gapai kemenangan, Persaudaraan watak dalam berjuang, Solusi islam dalam perjuangan

Selasa, 04 Juni 2013

BERBEDA TAPI SAMA

0 komentar


*Karya salah satu kader Komisariat KAMMI Salatiga

Aku teringat dua tahun silam ketika kaki ini mulai menginjak tanah sebuah kota kecil yang berada di provinsi Jawa Tengah, kota Salatiga namanya, disitulah diri ini mengenal kehidupan ikhwah, sebuah kata asing yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Setibanya di Salatiga aku dijemput oleh seorang teman yang membawaku kesebuah wisma yang dibina. Hari-haripun kujalani dengan terpaksa awalnya, melakukan hal-hal yang membuat diri ini justru ingin kabur dari wisma tersebut. Bangun malam dilanjut subuhan serta melakukan dzikir pagi dengan matsurot, sungguh membosankan dan menjenuhkan.
 Tibalah di kampus yang ku tuju STAIN Salatiga. Disanalah aku mencari sebuah oganisasi yang bernama KAMMI. Nama KAMMI memang sudah tidak asing bagiku karena dirumah ada beberapa stiker dan kalender KAMMI yang dibawa pulang oleh kakak kandungku, meski begitu dia tidak pernah menyarankan agar aku bergabung dengan oganisasi tersebut. Rasa penasaran ini pun muncul, penasaran dengan KAMMI, apa itu KAMMI??? diri ini selalu bertanya-tanya. Aku pun iseng mencari seseorang yang menjadi anggota KAMMI, aku pun bertemu dengannya. Banyak hal yang aku tanyakan padanya tentang KAMMI. Kemudian aku pun dikenalkan dengan seorang akhwat yang merubah pribadi ini. Seorang akhwat yang pendiam, kalem, tenang dan dewasa. Sekretaris Departemen Kaderisasi periode 2009-2010, dialah yang mendekatkan diri ini dengan KAMMI dan mengajak ke jurang kebenaran.
Kondisi KAMMI Komisariat Salatiga yang saat itu sedang dilema karena ditinggal pergi para kadernya tanpa pamit. Dia tetap bertahan dan berjuang di KAMMI dengan penuh kesabaran. Dia bagaikan jantung bagi organisasi in karena selalu semangat dengan kondisi tersebut. Dialah yang memberi pemahaman padaku dan teman-teman, begitu sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kami. Dia sosok yang hampir separuh hidupnya untuk KAMMI apapun untuk KAMMI dia berikan. Mbak Ulfa kami memanggilnya, bahkan kami pun sepakat menyebutnya sebagai Ibu KAMMI, dalam bahasa jawa dia sosok yang ngemong (menjaga) adik-adiknya seperti anak-anaknya. Setiap keputusan pun selalu menunggu jawaban dari dia. Hampir semua urusan KAMMI dia yang menyelesaikanya. Setahun kemudian mbak Ulfa wisuda dan saat itulah detik-detik bahwa kami akan kehilangan sosoknya. Perjuangan dan pemikiran yang penuh dengan pertimbangan serta kesabaran dalam membantu mengambil keputusan yang terbaik itulah yang akan kami rindukan. Syuro’ tanpa mbak Ulfa seperti anak yang kehilangan induknya.
Berbeda dengan sosok ikhwan yang satu ini Ketua Umum Komisariat KAMMI Salatiga periode 2009-2010. Seorang mujahid yang dari perawakanya terlihat sangar, keras, dan pemarah ditambah dengan kulit hitamnya (afwan ya akh J). Ikhwan KAMMI yang pertama aku kenal, tapi ternyata begitu mengenal pribadinya tidak jauh beda sich hehe… (afwan lagi). Pribadi yang sangat humoris ketika bersosialisasi dengan kader-kadernya, cerewet alias suka cerita dan akrab sekali dengan para kadernya, ikhwan wa akhwat.
Dia salah satu kader yang juga tetap bertahan dan berjuang bersama KAMMI, mungkin karena tuntutan juga sebagai seorang pemimpin. Hampir semua elemen gerakan mahasiswa mengenal sosoknya dari rakyat jelata hingga tokoh utama di Salatiga pun mengenalnya. Salah satu kader yang menurut kami KAMMI banget’s karena dimana kemanapun selalu memakai jacket kebesaran KAMMI. Akh Basyor kami memanggilnya, seorang kader yang rela mengabdikan dirinya untuk KAMMI sampe wisudapun tertunda hehe… . Seorang  AB3 Salatiga yang masih konsen untuk KAMMI Komisariat Salatiga. Kiprahnya yang mudah dekat dengan orang itulah yang membuat KAMMI ini tetap eksis. Hingga saat ini gerakan mahasiswa yang lain masih menganggap Akh Basyor adalah Ketua KAMMI Komisariat Salatiga, meskipun sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua.
Sosok pemimpin yang masih melekat dalam dirinya membuat KAMMI lebih dihargai oleh elemen-elemen gerakan lainnya, ya karena ada Akh Basyor. Kiprah dan perjuangannya tidak akan kami lupakan bahkan pemikiran-pemikiranya pun masih kami butuhkan. Ketika ada sosok Ibu, tentu saja ada sosok seorang Bapak yang melekat pada diri Akhuna Basyor.
Dua sosok yang berbeda tapi sama. Walaupun karakter dan mempunyai pemikiran yang berbeda serta kadang memang ada perbedaan pendapat dari keduanya, tapi itu tidak menghalangi mereka untuk bersama-sama membangun KAMMI dengan keterbatasan yang ada dan berbagai masalah internal yang dihadapi waktu itu. Berbeda bukan berarti masalah, berbeda bukan berarti konflik, tapi berbeda itu indah ketika masih mempunyai tujuan yang sama, dengan perbedaan itulah akan menjadi warna dalam bergerak di jalan dakwah. Sebuah jalan yang harapannya selalu ada sosok mujahid dan mujahidah yang rela berjuang demi tegaknya dienini. Bahkan karena perbedaan inilah yang menyatukan mereka untuk menggenapkan setenga dien ini seperti salah satu buku yang berjudul “Di Jalan Dakwah Aku Menikah” tapi bukan ini intinya. Banyak sekali hal-hal yang mereka miliki untuk menjadikan inspirator bagi kami yaitu semangat yang tak kenal henti. Semangat, keikhlasan dan perjuangan mereka tetap kokoh walaupun banyak rintangan yang dihadapi waktu itu serta yang paling miris adalah saat ditinggal oleh para kawan-kawan seperjuangannya. Dua tokoh yang mungkin tidak akan pernah kami lupakan.

                                                          (Naskah ini diikutkan dalam lomba menulis KAMMI Madani)

0 komentar:

Posting Komentar